Ketagihan Diperhatikan membuatmu jadi Kurang Kreatif
Di sini, Ramadhan 2020, di tengah pandemi.
Saat sedang menghabiskan email, hari ini aku menemui satu email yang menarik perhatian tentang video baru dari YouTube Originals berjudul “Create Together #WithMe with Joseph Gordon-Levitt (Official Trailer)” 1.
Lalu aku berpikir, oya, aku tau Joseph Gordon-Levitt, aktor terkenal yang punya rumah produksi daring “HitRecord”.
Setelah memutar trailer tersebut, lalu (terima kasih untuk) rekomendasi YouTube membawaku ke video TED berjudul “How craving attention makes you less creative | Joseph Gordon-Levitt”.
Video berdurasi 13:15 ini memberikanku sisi pemikiran yang lain, tentang “ketagihan diperhatikan”, ya itulah yang sebagian besar dari kita lakukan di media sosial dan banyak layanan internet lain. Tak hanya tentang itu, berikut beberapa poin yang aku rangkum dari video tersebut:
-
Mendapatkan perhatian adalah sebuah bentuk perasaan yang luar biasa
-
Ada bentuk perasaan yang luar biasa lainnya, justru sebaliknya, dengan memberi perhatian (memerhatikan, fokus)
-
Beberapa dekade belakangan, dengan bantuan teknologi, orang semakin mudah mendapatkan perhatian, untuk berbagai jenis ekspresi kreatif, misalnya: akting, menulis, fotografi, menggambar, main musik, dan banyak lagi
-
Diceritakan, berdasarkan pengalaman, bahwa, semakin banyak memberikan perhatian, akan membawa kebahagiaan. Begitu juga sebaliknya, semakin banyak melakukan hal yang mencari perhatian, berujung pada kondisi kurang bahagia.
-
Termasuk juga dalam penggunaan teknologi, contohnya di media sosial, sering dengan keinginan untuk mendapatkan perhatian, akhirnya menjadi berpikir terlalu berlebihan, ataupun hingga menghabiskan banyak waktu di platform media sosial tersebut.
-
Perusahaan yang mengoperasikan media sosial salah satu model bisnisnya digerakkan oleh perhatian (attention-driven business model). Dari kita yang menginginkan perhatian di media sosial, kita menggerakkan bisnis tersebut yang akhirnya mendapatkan pembiayaan dari bisnis yang butuh perhatian, sebut saja iklan. Makanya media sosial akan membuat kita ketagihan untuk menggunakannya, ketagihan untuk mendapatkan perhatian.
-
Bukan, bukan menjelaskan bahwa teknologi adalah musuh dari kreativitas. Teknologi hanya suatu sarana (tool), yang punya potensi dalam menumbuhkan kreativitas manusia yang belum pernah ada.
-
Ketagihan dengan media sosial (demikian juga dengan ponsel), sama tidak baiknya seperti hal-hal dengan ketagihan lainnya, nggak akan pernah ada habisnya. Ada sejumlah ilmu pengetahuan tentang itu, disebutkan di video tersebut sejumlah buku, antara lain “10 arguments for deleting your social media right now” oleh Jaron Lanier, “Hooked” oleh Nir Eyal.
-
Dan kutipan paling favorit dari video tersebut:
Jika kreativitasmu tergerak karena keinginanmu dalam mendapatkan perhatian, kamu nggak akan pernah benar-benar kreatif (secara maksimal).
-
Di sisi lain, membahas tentang perasaan luar biasa lainnya, yakni memberikan perhatian. Ada sejumlah pengetahuan juga dibalik itu, sebagai contoh yang dipelajari oleh psychologist dan neuroscientist, tentang fenomena yang disebut “Flow” oleh Mihaly C, tentang bagaimana pemrosesan di otak manusia saat memberikan perhatian (memerhatikan, fokus) pada satu hal dan tidak terdistraksi oleh banyak hal lainnya, contohnya melakukan hal kreatif. Dengan semakin banyak memberikan perhatian, melakukan hal semacam ini, akan membuat orang lebih bahagia.
-
Memberikan perhatian (memerhatikan, fokus mengerjakan sesuatu), bukan hal sederhana, itu hal susah, bahkan kita perlu latihan untuk melakukannya. Salah satu tips yang diberikan pada video tersebut adalah tidak melihat orang kreatif lain sebagai pesaing, lebih baik mencari kolaborasi. Inilah saat dimana dengan kehebatan Internet, kita bisa berkolaborasi dengan siapa saja di mana saja.
-
Ketika kita akhirnya berkolaborasi dengan orang, misalnya di Internet, kita akan memberikan perhatian (fokus) pada satu hal untuk membuat tujuan yang kita inginkan tercapai, kita akan merasa menjadi bagian dari sesuatu yang besar, saling melindungi satu sama lain dari hal yang mengalihkan perhatian (distraksi).
-
Tapi, ya kembali pada situasi bahwa memberikan perhatian adalah hal yang susah, kadang bagian dari kita tentu (masih) punya keinginan untuk mendapatkan perhatian.
Wah! panjang ya ternyata.. 😂
(Seperti halnya juga dibahas di akhir video) syukur, bisa membagikan hal ini.
Sekarang kita bisa kembali memberikan perhatian pada hal lain lagi! terima kasih sudah membaca..
Foto oleh Marco Gnaccarini